IDI: Kotabaru Krisis Dokter. Ini penyebabnya!



Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kotabaru.
Kemeja Biru (dokter Muhammad Amin, Ketua IDI Kotabaru)

Kotabaru, Kalsel -
“Sesuai kajian IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Kotabaru dan Perhimpunan Dokter Gigi Indonesia Kotabaru, kondisi tenaga kesehatan di Kotabaru sangat krusial. Krisis tenaga dokter umum dan dokter gigi.”

Hal itu dikemukakan Muhammad Amin, Ketua IDI Kotabaru dalam RDP (Rapat Dengar Pendpat) DPRD, Senin (25/03/2019).

Kondisi itu, kata Amin, berhubungan dengan kondisi kesehatan masyarakat, berhubungan dengan tenaga kesehatannya.

“Saat ini ada 8 Puskesmas yang tidak ada dokternya.
Rumah Sakit Pangeran Jaya Sumitra (belum diresmikan) juga kekurangan 7 orang dokter umum,”paparnya.

Secara legal tidak boleh selain dokter melakukan pengobatan atau diaknosis penyakit.

“Kalau tidak terjadi masalah ya tidak apa-apa, tapi kalau terjadi masalah, semua struktur yang berhubungan akibat tidak adanya dokter di situ, akan berdampak,”tekannya.

IDI melihat selama ini tidak ada pendelegasian terhadap Puskesmas yang tidak ada tenaga dokternya tersebut.

“Secara medikolegal (berhubungan dengan aspek legal melakukan tindakan medis) terjadi malmedikolegal karena tidak ada pendelegasian secara tertulis,”tekannya.

Begitu juga di Rumah Sakit, sambung dia, masih kekurangan dokter umum.

Dinas Kesehatan dan Pihak Rumah Sakit sudah ada penanganan terkait krisis dokter umum ini, hanya saja, lowongan yang pernah dibuka, dari 7 lowongan tenaga dokter (BLUD),
hanya 2 dokter yang mendaftar (yang sudah bekerja di Rumah Sakit itu juga).

Kemudian, Dinas Kesehatan juga sudah membuka lowongan PTT dokter umum 4 orang, dokter gigi 2 orang, juga tidak ada pendaftar.

“Pun lowongan untuk bertugas di daerah sangat terpencil. Gajinya Rp 6 juta per bulan, juga tidak ada pendaftaran,”kata Amin

IDI melihat, Kotabaru sudah bukan tempat menarik untuk bekerja.

Padahal, kata dia, di Rumah Sakit ada program yaitu; begitu lulus jadi dokter, dia diwajibkan bekerja di salah satu institusi kesehatan (rumah sakit dan puskesmas), mengabdi selama setahun.
Tapi tidak ada yang mau bekerja di Rumah Sakit Kotabaru (katanya berkembang di obrolan informal sesama dokter).

Dikatakan Amin, faktor penyebabnya beragam; kondisi geografis, akses sulit, honornya kecil. “Dibandingkan daerah lain dengan letak geografis dan akses yang lebih mudah, justru honornya lebih besar,”ujarnya.

Amin mengakhiri, faktor lainnya, ada beberapa dokter yang berhenti di tempat tugasnya di kotabaru.

(IHa)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "IDI: Kotabaru Krisis Dokter. Ini penyebabnya!"

Posting Komentar